Minggu, 26 November 2017

Hujan diperjalanan pulang

Kulirik arlojiku, menunjukkan angka 16.55, pas batinku, segera kuberanjak dari meja kerjaku, sambil memakai jaket kulit bersiap siap untuk pulang. Sudah aku perhitungkan, dari meja kerja, turun keloby, jalan keparkiran, ngambil kendaraan trus berhenti lg di loby utk absen, menghabiskan waktu 5 menit, jadi saat aku kembali keloby utk absen, jam menunjukkan angka 17.00. Tepat waktu! Seperti biasa, perjalan pergi dan pulang kerja kutempuh dengan mengendarai seonggok vespa. Biasanya ada teman yg nebeng karena satu arah ke kota subang, aku pun tdk keberatan yg penting tepat waktu, jam 5 teng go, no time for waiting. Tapi kali ini temanku blm keliatan, cuaca hujan pula, mungkin msh ada pekerjaan yg harus diselesaikan sehingga plg terlambat, atau mungkin hendak nyari tebengan yg lebih nyaman dibanding boncenger vespa menerobos hujan, yg jelas aku ready to go dan dgn sedikit penyesuain kostum, memakai mantel hujan. 
Kalau cuaca mendukung, biasanya aku memilih jalur jalan kampung, disamping lebih cepat bbrp menit, jalan utama menurut saya cukup ramai dan cenderung macet apalagi pas jam pulang. Tapi karena kondisi cuaca yg hujan lebat, aku memilih jalan utama. Kupacu vespaku perlahan namun pasti, menerjang hujan dan genangan air. Melewati pasar kalijati, genangan air cukup banyak, aku pun teringat pengalaman buruk, vespaku mogok karena terendam air. Memang, menurut saya, vespa dirancang dengan memperhatikan safety yg tinggi, keamanan dan kenyamanan nomer satu. Body plat baja melindungi dari depan sampai deck bawah pijakan kaki, kalau sekedar percikan dari genangan air dijalan, dijaman aman, sepatu alas kaki tetap kering. Mesin pun dirancang dalam perlindungan yg sangat aman. Letak karburator ada diatas mesin, relatif aman dari ganangan air, ditutup tepong yg semakin melindungi mesin. Kalau sekedar melewati genangan air 20-30 cm rasanya masih cukup aman. Nah, mogoknya jeffry  (sebutan utk vespaku) waktu itu saat perjalanan pulang menerjang banjir di jalan perumahan. Sebenarnya hujan lebat sudah terlampaui, melewati genangan air yg cukup tinggi di jalan perumahan, sampai rumah, parkir mesin off, selesai. Semuanya aman sentausa. Tapi saat itu saya ingat punya orderan yg harus dikirimkan (disamping bekerja di paberik, saya jg berjualan knalpot secara online, knalpot dari purbalingga) tidak lama saya segera balik kanan sambil membawa knalpot yg sdh terbungkus ke kurir. Melewati jalur yg sama seperti saat saya masuk ke perumahan, melewati genangan air yang sama dan.. mak pet! Mesin Jeffry lgsg mati, minggir sedikit diparkiran pos sekuriti, mengira hanya trouble ringan, buka busi tdk ada api, hmm ini serius.. Terpaksa melanjutkan pengiriman ke kurir dgn jalan kaki, untung tdk jauh, hujan2an pun tak mengapa yg penting pelanggan senang. Selanjutnya bisa ditebak, saya tdk bisa memperbaiki sendiri akhirnya dibawa bengkel dan didiagnosa pulser mati karena konslet terkena air. Sejak saat itu memang sedikit trauma kalau berhadapan dengan genangan air, terutama yg tingginya sampai kipas magnet vespa saya.
Oke, kembali ke kisah perjalanan pulang saya diatas, melewati pasar kalijati, aman, lanjut menerjang hujan dengan perlahan namun pasti. Hujan masih sangat lebat. Jalanan pun cukup ramai. Tak jauh melewati tikungan, saya lihat seorang pemuda, mengenakan mantel hujan nama sebuah perusahaan di subang, sedang mendorong sepeda motor suzuki satria. Hujan dan motor mogok adalah perpaduan yg sangat buruk. Saya pun berhenti dibelakangnya, sambil memberi kode untuk menyetep (istilah anak motor, mendorong menggunakan kaki). Saya pun mulai menyetep motornya menggunakan vespa saya, cukup jauh jg smp bbrp km. Saya pikir kehabisan bensin dan akan saya bantu minimal dipom bensin terdekat, tdk jauh lagi. Sebelum mencapai pom bensin, pemuda itu berkata "cekap kang, di bengkel payun wae, mogok" saya pun menjawab "siap" kemudian lanjut bertanya, "aman nya??" Utk memastikan bukan masalah yg berat, dijawab "aman, nuhun" saya pun mengacungkan ibu jari dan melanjutkan perjalanan saya, masih ditengah hujan lebat, meninggalkan pemuda itu dan motornya bengkel utk diperbaiki. 
Perjalanan masih cukup panjang. Biasanya dalam keadaan normal saya tempuh sekitar 35 menit, dengan kecepatan sedang, saya tdk bisa mengatakan angka pastinya, karen spedometer vespa saya tdk berfungsi. Dalam keadaan hujan, ditambah td membantu menyetep motor yg mogok, dapat dipastikan perjalanan plg akan lebih terlambat.
Melewati gapura kota subang, tikungan, dan tanjakan depan BKD.. Alaammaakk.. Adalagi pemuda yg sedang mendorong2 motor mogok maning, satria maning. Hujan, mogok dan tanjakan, saya pikir sdh merupakan kombinasi yg paling buruk. Kejadian selanjutnya sama, saya setep. Melewati perempatan tegal kalapa, saya tanyakan "lurus apa belok?" Dijawab "lurus a" Melewati perempatan smkn 1 "msh lurus a" katanya. Selanjutnya di perempatan wesel "belok ke kiri, aa dimana?" Saya jawab "rawabadak, hayu lah teunanaon" jawabku, karena memang arah rmhku dari perempatan lurus. Tak berapa jauh dia memberi kode utk berhenti dan berkata, "cekap a, nuhun, ai aa timana?" Saya pun hanya menjawab "rawabadak, belakang pom bensin" tanpa mengatakan lebih detil, dan setelah memberi kode dgn ibu jari,  kemudian saya pun berbalik arah melanjutkan perjalanan pulang, yg sdh tdk jauh lagi.
Keesokan harinya, jadi bahan obrolan pagi dgn rekan kerja, bahwa kemarin sore saat plg hujan, ketemu satria mogok sampe dua kali. Dijawab "emang kitu satria mah, penyakitnya ku hujan, siga nu bolin (nama panggilan rekan kerja kami) dulu kitu kahujanan susah hurungna" owh.. Baru tau.. Iseng search di google, ternyata memang byk pengendara satria mengalami kasus yg sama, mogok bila kena air hujan. Penyebabnya kebanyakan karena cop penutup busi terbuka sehingga konslet terkena air dan ada lagi yg karena lubang pembuangan air di blok mesin tersumbat, sehingga air merembes kedalam melalui lubang busi. Ternyata tdk cuma vespa motor tua yg harus berhati hati terhadap hujan, motor yg lain  yg masih muda seperti satria pun, harus tetap waspada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar