Minggu, 26 November 2017

Hujan diperjalanan pulang

Kulirik arlojiku, menunjukkan angka 16.55, pas batinku, segera kuberanjak dari meja kerjaku, sambil memakai jaket kulit bersiap siap untuk pulang. Sudah aku perhitungkan, dari meja kerja, turun keloby, jalan keparkiran, ngambil kendaraan trus berhenti lg di loby utk absen, menghabiskan waktu 5 menit, jadi saat aku kembali keloby utk absen, jam menunjukkan angka 17.00. Tepat waktu! Seperti biasa, perjalan pergi dan pulang kerja kutempuh dengan mengendarai seonggok vespa. Biasanya ada teman yg nebeng karena satu arah ke kota subang, aku pun tdk keberatan yg penting tepat waktu, jam 5 teng go, no time for waiting. Tapi kali ini temanku blm keliatan, cuaca hujan pula, mungkin msh ada pekerjaan yg harus diselesaikan sehingga plg terlambat, atau mungkin hendak nyari tebengan yg lebih nyaman dibanding boncenger vespa menerobos hujan, yg jelas aku ready to go dan dgn sedikit penyesuain kostum, memakai mantel hujan. 
Kalau cuaca mendukung, biasanya aku memilih jalur jalan kampung, disamping lebih cepat bbrp menit, jalan utama menurut saya cukup ramai dan cenderung macet apalagi pas jam pulang. Tapi karena kondisi cuaca yg hujan lebat, aku memilih jalan utama. Kupacu vespaku perlahan namun pasti, menerjang hujan dan genangan air. Melewati pasar kalijati, genangan air cukup banyak, aku pun teringat pengalaman buruk, vespaku mogok karena terendam air. Memang, menurut saya, vespa dirancang dengan memperhatikan safety yg tinggi, keamanan dan kenyamanan nomer satu. Body plat baja melindungi dari depan sampai deck bawah pijakan kaki, kalau sekedar percikan dari genangan air dijalan, dijaman aman, sepatu alas kaki tetap kering. Mesin pun dirancang dalam perlindungan yg sangat aman. Letak karburator ada diatas mesin, relatif aman dari ganangan air, ditutup tepong yg semakin melindungi mesin. Kalau sekedar melewati genangan air 20-30 cm rasanya masih cukup aman. Nah, mogoknya jeffry  (sebutan utk vespaku) waktu itu saat perjalanan pulang menerjang banjir di jalan perumahan. Sebenarnya hujan lebat sudah terlampaui, melewati genangan air yg cukup tinggi di jalan perumahan, sampai rumah, parkir mesin off, selesai. Semuanya aman sentausa. Tapi saat itu saya ingat punya orderan yg harus dikirimkan (disamping bekerja di paberik, saya jg berjualan knalpot secara online, knalpot dari purbalingga) tidak lama saya segera balik kanan sambil membawa knalpot yg sdh terbungkus ke kurir. Melewati jalur yg sama seperti saat saya masuk ke perumahan, melewati genangan air yang sama dan.. mak pet! Mesin Jeffry lgsg mati, minggir sedikit diparkiran pos sekuriti, mengira hanya trouble ringan, buka busi tdk ada api, hmm ini serius.. Terpaksa melanjutkan pengiriman ke kurir dgn jalan kaki, untung tdk jauh, hujan2an pun tak mengapa yg penting pelanggan senang. Selanjutnya bisa ditebak, saya tdk bisa memperbaiki sendiri akhirnya dibawa bengkel dan didiagnosa pulser mati karena konslet terkena air. Sejak saat itu memang sedikit trauma kalau berhadapan dengan genangan air, terutama yg tingginya sampai kipas magnet vespa saya.
Oke, kembali ke kisah perjalanan pulang saya diatas, melewati pasar kalijati, aman, lanjut menerjang hujan dengan perlahan namun pasti. Hujan masih sangat lebat. Jalanan pun cukup ramai. Tak jauh melewati tikungan, saya lihat seorang pemuda, mengenakan mantel hujan nama sebuah perusahaan di subang, sedang mendorong sepeda motor suzuki satria. Hujan dan motor mogok adalah perpaduan yg sangat buruk. Saya pun berhenti dibelakangnya, sambil memberi kode untuk menyetep (istilah anak motor, mendorong menggunakan kaki). Saya pun mulai menyetep motornya menggunakan vespa saya, cukup jauh jg smp bbrp km. Saya pikir kehabisan bensin dan akan saya bantu minimal dipom bensin terdekat, tdk jauh lagi. Sebelum mencapai pom bensin, pemuda itu berkata "cekap kang, di bengkel payun wae, mogok" saya pun menjawab "siap" kemudian lanjut bertanya, "aman nya??" Utk memastikan bukan masalah yg berat, dijawab "aman, nuhun" saya pun mengacungkan ibu jari dan melanjutkan perjalanan saya, masih ditengah hujan lebat, meninggalkan pemuda itu dan motornya bengkel utk diperbaiki. 
Perjalanan masih cukup panjang. Biasanya dalam keadaan normal saya tempuh sekitar 35 menit, dengan kecepatan sedang, saya tdk bisa mengatakan angka pastinya, karen spedometer vespa saya tdk berfungsi. Dalam keadaan hujan, ditambah td membantu menyetep motor yg mogok, dapat dipastikan perjalanan plg akan lebih terlambat.
Melewati gapura kota subang, tikungan, dan tanjakan depan BKD.. Alaammaakk.. Adalagi pemuda yg sedang mendorong2 motor mogok maning, satria maning. Hujan, mogok dan tanjakan, saya pikir sdh merupakan kombinasi yg paling buruk. Kejadian selanjutnya sama, saya setep. Melewati perempatan tegal kalapa, saya tanyakan "lurus apa belok?" Dijawab "lurus a" Melewati perempatan smkn 1 "msh lurus a" katanya. Selanjutnya di perempatan wesel "belok ke kiri, aa dimana?" Saya jawab "rawabadak, hayu lah teunanaon" jawabku, karena memang arah rmhku dari perempatan lurus. Tak berapa jauh dia memberi kode utk berhenti dan berkata, "cekap a, nuhun, ai aa timana?" Saya pun hanya menjawab "rawabadak, belakang pom bensin" tanpa mengatakan lebih detil, dan setelah memberi kode dgn ibu jari,  kemudian saya pun berbalik arah melanjutkan perjalanan pulang, yg sdh tdk jauh lagi.
Keesokan harinya, jadi bahan obrolan pagi dgn rekan kerja, bahwa kemarin sore saat plg hujan, ketemu satria mogok sampe dua kali. Dijawab "emang kitu satria mah, penyakitnya ku hujan, siga nu bolin (nama panggilan rekan kerja kami) dulu kitu kahujanan susah hurungna" owh.. Baru tau.. Iseng search di google, ternyata memang byk pengendara satria mengalami kasus yg sama, mogok bila kena air hujan. Penyebabnya kebanyakan karena cop penutup busi terbuka sehingga konslet terkena air dan ada lagi yg karena lubang pembuangan air di blok mesin tersumbat, sehingga air merembes kedalam melalui lubang busi. Ternyata tdk cuma vespa motor tua yg harus berhati hati terhadap hujan, motor yg lain  yg masih muda seperti satria pun, harus tetap waspada

Sabtu, 25 November 2017

Arloji & me

Mr. Kikuo Ibe, Father of G-Shock, sumber: google

Menurut wikipedia, Jamtangan atau Arloji adalah penunjuk waktu yang dipakai di pergelangan tangan manusia. Saya tdk ingat, kapan tepatnya pertama kali memakai jam tangan, yang saya ingat, sejak tk atau mungkin sd kelas 1 atau 2. Tapi kalau saat itu tdk termasuk dalam hitungan, maka yang saya anggap sebagai jam pertama saya adalah yang saya pakai semasa sma, bekas pemakaian bapak saya saat bujangan dulu, seiko automatic weekdater sealion, cukup rare jg katanya karena salah satu model yg penunjuk tanggal dan hari nya terpisah, menggunakan mesin 26 jewels berwarna kuning, berbeda dengan jam seiko dimasanya yang menggunakan mesin berwarna putih.  Kondisi jam tersebut saat dipakai daily oleh saya msh cukup akurat utk sekedar menunjukkan waktu, power reserve nya pun masih cukup handal, terbukti apabila tidak dikenakan dalam satu atau dua hari, jam masih nyala dan berfungsi tanpa perlu digoncang untuk mengisi power dan setting waktu. Walau tampilan fisik nya yg jadul dengan kaca yg sudah retak dimakan usia ( bukan retak karena jatuh atau terbentur ) saya tetap bangga memakai jam tsb dipergelangan tangan saya. Sampai saya kuliah, jam tsb setia menemani saya, tentunya karena usianya yg menurut saya termasuk barang antik, perlakuan sehari-hari pun disesuaikan, seperti misalnya water resist yg kurang meyakinkan, terpaksa jam selalu masuk kantong saat hujan atau sekedar kena air utk wudlu atau cuci tangan. 

Ada peristiwa yg berkesan buat saya, karena hampir saja kehilangan jam ini. Saat itu saya libur panjang di awal saya kuliah, kakak meminta saya jadi mandor, mengawasi renovasi rumah yg ada di daerah bekasi, karena memang suami istri bekerja, tidak ada yg mengawasi pekerja, dan saya ada waktu luang, saya pun tidak keberatan. Singkat cerita, setelah renovasi selesai, pindahanlah dari kontrakan kakak didaerah klender ke rumah yg baru di renovasi tsb di perumahan daerah tambun bekasi. Disini cerita dimulai. Karena takut jam saya terbentur saat mengangkat barang-barang yang akan dipindahkan, saya simpan lah di dalam laci meja. Aman, pikir saya. Barang dari kontrakan dinaikkan keatas mobil, truk sewaan denga sopirnya, kemudian diturunkan di lokasi tujuan, untung barang tdk terlalu banyak, maklumlah krn blm lama menikah dan belum punya anak jadi barang tdk terlalu banyak.  Selesai menurunkan barang terakhir, aku pun bergegas menuju laci meja utk mengambil jam tangan yg saya simpan disana. Dan ternyata tidak ada, saya cari sampai kedalam pun tidak ada. Wah.. ini ada yg gak bener.. Bukan suudzon, tp memang tdk ada org lain lagi selain saya, kakak, kakak ipar dan sopir mobil sewa, jatuh pun rasanya tak mungkin karena laci tertutup rapat. Maka saya dekatin sopir tsb, sambil berkata, "Bang,  maap neh, bukan curiga, tp disini gada orang lain lagi selain kita berempat, saya td di rumah lama nyimpen jam di laci, tapi nyampe sini jam nya gak ada, mungkin hilaf, atau mau mengamankan takut kebentur, saya boleh lihat kantongnya??" Siabang sopir sempat gelisah, tp diem saja saat saya coba cek kantong, dan.. ada! Ternyata emang diamankan, sambil berkata minta maaf, dia bilang kirain sudah gak dipake pak, saya cuma jawab "ya udah gpp, jam ini kalo dijual gabakalan laku udah pecah gini, tp buat saya beraRti bgt karena pemberian bapak saya" yg penting jam saya kembali dengan aman, persoalan tdk diperpanjang. Setelah lulus kuliah, saya merantau dan jam tsb tdk saya bawa dan di simpan drmh org tua, kelak setelah lebih dari 10th, pada saat mudik lebaran, jam tsb sy bawa dan saya pakai daily setelah sebelumnya diservice dahulu.
seiko weekdater sealion, sumber: google

Jam kedua, saya lupa mereknya, pemberian teman kuliah, oleh2 saat dia konser ke daerah batam. Kebetulan teman saya tersebut anak band dan aktif tampil serta cukup ternama dikota kecil kami. Saat itu ada tawaran utk main si daerah batam utk waktu yg cukup lama, sy lupa detil nya, yg jelas saat itu bertepatan dgn registrasi semester baru, dan saya bantu urus administrasi kampus selama dia dia batam. Pulang dari batam dapat oleh2 jam tangan, mungkin sebagai ungkapan rasa terimakasih sudah bantu selama dia di batam, yg pasti saya sih senang senang saja. Jam ini mulai menemani aktifitas harian saya, tentunya bergantian dengan jam seiko. Cuma beberapa bulan jam ini menemani saya terpaksa saya simpan, karena kacanya retak dan saya sendiripun tidak sadar kapan dan dimana terbenturnya, yang jelas sesampainya dirumah kaca sudah retak, alhasil bukannya saya perbaiki, saya lebih memilih untuk menyimpannya dan kembali memakai jam seiko saya, utk aktifitas sehari hari. Jam seiko ini terus menemani saya sampai saya lulus kuliah dan saat saya mulai bekerja terpaksa saya simpan, sambil berniat dalam hati, suatu saat nanti akan memiliki seiko automatic yang baru.

Jam ketiga, saya dapatkan ketika resign dari pekerjaan pertama saya. Saat perpisahan, rekan-rekan memberikan kenang-kenangan jam tangan. Saya tidak ingat juga mereknya, yg jelas jam ini sempat menemani saya beraktifitas ditempat kerja yg baru, tidak lama, sampai pd suatu saat saya terjatuh dari motor, kaca displaynya pecah, seperti pada jam saya sebelumnya, saya memilih menyimpannya d rmh.

Selanjutnya jam tangan yg saya pakai tidak saya masukan hitungan karena merupakan jam kelas festival, jam murah yg bisa dibeli di pasar dgn harga di bawah 100rb an. Resiko mengenakan jam ini adalah tdk tahan lama, dan rentan kena air.  Kelebihannya adalah karena harga yg murah jadi sering gonta-ganti dalam pemakaian sehari-hari. Ada pengalaman lucu juga soal jam murah ini. Pernah dengar jam legendaris favorit teroris?? Searching aja di google, yg muncul adalah casio F 91W, sering dipakai sebagai timer bom, dan bahkan tokoh sekaliber Usama bin Laden konon memakai jam ini. Saat itu saya sedang dipasar pujasera, tak sengaja melihat model jam ini dilapak penjual jam emperan. Iseng saya beli satu, kalo gak salah sekitar 30rb atau 50rbuan. Istri bahkan sempat komplain, "ngapain beli jam begituan?!" Iseng aja jawab saya. Sampai dirumah, saya berpikir, bener juga mau diapain jam beginian, dipake jg ga pantes, disimpen jg gada value nya. Terlanjur iseng, saya pajang lah jam tsb di toko online, tentunya dgn info yg sebenar2nya, bahwa jam tersebut kw bukan ori, serta saya tambah informasi dr google bahwa jam tsb melegenda sebagai jam favoritnya teroris, harga pun ngambil untunglah dikit sepantasnya, sekedar ganti bensin kepasar. Tak butuh waktu lama, ternyata jam tsb ada yg beli. Haha.. lumayan jg neh, dasar otak dagang kemudian saya meluncur ke lapak penjual jam utk ngeborong model yg sama, tp ternyata sdh hbs dan sdh gak ada lg model jam spt itu. Yo wis gpp, ternyata jam teroris versi kw nya pun laku jg.

f91w, sumber:google
casio bin ladin, sumber: google

Bosan gonta ganti jam kelas festival, saya berpikir utk membeli jam yg sedikit serius. Keinginan lama untuk memiliki jam seiko automatic pun muncul, tp segera keinginan tsb memudar krn melihat harganya memang diatas satu jutaan. Searching di toko online, tertarik dengan merk casio, merk yg menurut saya cukup mumpuni, tehnologi jepang dan sejajar dengan merk seiko. Selanjutnya  pilihan pun jatuh ke casio AE1000WD yang akhirnya menjadi jam keempat saya, model yg cukup populer dgn budget yg sangat terjangkau. Salah satu hal yg menarik buat saya kenapa memilih jam ini adalah ketahanan battery sampai 10th, lumayan jg selama 10th saya ga perlu direpotkan ganti battery. Bodynya stainlessteel dengan tampilan yang sporty, jadi saya pikir cocok dipakai untuk acara casual maupun formal. Selama menemani aktifitas sehari hari saya, blm pernah ada keluhan, bawa hujan2an oke, berenang (berendam dikolam maksudnya, karena saya tidak bisa berenang) tetap aman. Pernah saya coba rendam dibak mandi semalaman, tetap normal tidak berembun. Saking handalnya, pernah baca diinternet ada yg coba test kedalam kulkas sampai membeku, dan jam ini tetap berfungsi dgn baik. Tapi saya pikir ngapain masukin kedalam kulkas, kurang kerjaan dan lagian cuaca di indonesia tdk seekstrim diluar negeri yg bersalju. Tidak lama setelah memiliki jam ini, saya belikan juga istri tercinta casio DB360G 9A. So mulai saat itu, jam casio jadi bagian menemani aktifitas keluarga kami.
ae1000wd, sumber: google


db360g, sumber: google
Keinginan memakai jam automatik masih sering muncul. Yaah, kalau blm bisa beli yg baru cari yg second hand pun tak jadi soal, yg penting msh layak. Mengandalkan toko online, sempat membeli 2 buah jam seiko automatic, type mesin 7009 & 7s26 second, harganya pun tdk terlalu mahal. Mungkin karena jam second sehingga power reservenya pun lemah, so daya tahan powernya cuma bertahan sehari. Jadi cukup merepotkan kalau setiap kali hendak dipakai setelah disimpan sehari, jam mati harus guncang utk mengisi tenaganya dan mencocokan waktunya dahulu. Akhirnya hanya disimpan dan tidak saya masukan dalam hitungan.

Jam kelima, saya dapatkan saat aniversary pernikahan, istri saya memberikan kado casio VS02L, jam tangan analog solar powered dengan strap kulit yang langsung saya ganti dengan strap nato untuk pemakaian sehari-hari bergantian dgn AE1000WD. Bertahan beberapa bulan, casio VS02L saya trouble, mati total. Saya coba putar crown nya, jarum bisa bergerak tapi tetap tdk mau nyala. Saya putuskan bawa ke casio center di juanda utk klaim garansi, kebetulan saya ada skedul kerja ke jakarta. Sesampainya disana, ternyata status keagenan casio sdh berganti dari pt kasindo ke pt gilang, hingga klaim garansi dilayani di gerai pt gilang, salah satunya di artha graha. Wah cukup jauh jg dr gerai juanda, mengingat hari itu skedul sy dijakarta cukup padat, sy pending dulu keinginan klaim garansi ke artha graha, nanti saja menyesuaikan skedul yg tepat, yg penting tdk lewat masa garansi. Akhirnya aktifitas daily kembali memakai casio AE1000WD, from monday to sunday.
vs02l, sumber : google

Ulang tahun istri, saya menghadiahkan casio baby g BG6903 7A warna putih. Kenapa baby g, karena istri sering cerita pengen jam tangan yg sporty.. kode ini.. kode, ditambah lg saat hamil anak kedua, dy bilang ngidam baby g, dan entah benar atau tidak, setelah lahir anak kami yang kedua, memang beneran ngiler, tapi setelah saya belikan, ngilernya langsung sembuh. Kenapa BG6903 7A, karena modelnya yg simple, fitur autolight serta budgetnya cukup sesuai di dompet. Nah, gara2 baby g itulah, saya jadi keracunan dan ingin memakai g shock. Apalagi pengalaman 2 kali pecah kaca display, saya rasa perlu memiliki jam tangan yg handal, tahan goncangan, apalagi kalau bukan G shock. Searching modelnya diinternet, pilihan jatuh pada rangeman GW9400DCJ style padang pasir yang kaya fitur, tough solar dan triple sensor alti, baro, compas, body nya pun di balut serat carbon. Manttaapp! Tapi dilihat harganya pun lebih manttaapp, ibu negara bisa ngamuk2 ini. Standar diturunkan, yg penting msh tough solar supaya tdk direpotkan dgn penggantian battery. Pilihan jatuh pada G9300 mudman twin sensor, thermo compas, tp harganya msh bisa dikomentari ibu negara, terpaksa standarnya diturunken lagi, next model yg dilirik dgn budget yg cukup logis adalah G5600E, apalagi modelnya yg simple walau fiturnya standar. Tapi tdk sengaja sy melihat G7900A 7DR, fitur lumayan ada moon phase dan tide graph, warna putih senada dgn baby g istri saya, yaaa gak couple banget sih, walau tdk mengusung fitur tough solar, dan yang penting harga yg sangat kooperatip dgn dompet saya pikir cukup aman dari komen ibu negara, dan proses akuisisi dimulai.
bg6903, sumber: google

Akhirnya G Shock G7900A 7dr, jadi Jam keenam saya. Belum banyak yang dapat diceritakan dari jam ini, karena daily masih setia ditemani casio AE1000WD. dari info diinternet dan mempelajari manual usernya, selain ketangguhan body ala G Shock dan fitur standar seperti stopwatch, alarm timer countdown, serta fitur favorit autolight, ada juga fitur unggulan yang disematkan didalamnya seperti tide graph dan moon phase. Untuk kedua fitur terakhir, masih belum khatam baca manual usernya, jadi blm tau howto settingnya.
g7900a, sumber: google
Favorite kolpri


Senin, 21 Agustus 2017

Aku, sepuluh tahun yang lalu..

Jatinegara, sumber: google
Rabu, 1 Agustus 2007, merupakan hari pertama kaki ku menginjak tanah Jakarta, hari pertama masuk kerja sesuai dengan yg sudah di bicarakan dengan pihak perusahaan, tapi nggak juga ding, kalo diitung aktual, aku berangkat dari Purwokerto kota asalku hari minggu mlm tgl 29 Juli, naik kereta api tut.. tut.. tut.. sampe setasiun jatinegara brti senin pagi tgl 30 Juli, jadi itu pertama kalinya kakiku menginjak tanah Jakarta, yaa kisaran jam 02:00 dini hari, pertama melangkahkan kaki utk merantau, berjuang di tanah Harapan.. Jakarta! Tapi yg ini juga nggak, bukan merantau di Jakarta juga sich, soale walaupun kantor pusate di Jakarta, penempatannya adalah di Indramayu.. wakwaw! J
Sebuah perusahaan Peternakan berpusat di Jakarta, yang mempunyai farm, hatchery, feedmill di beberapa tempat seperti serang banten, subang, Indramayu. Nah saat itu saya ditempatkan di Farm didaerah Indramayu, yaitu parent stock farm diatas tanah seluas 23 Ha dengan 20 kandang kapasitas 10.000 ekor perkandang, dengan sekitar 180an org karyawan, sebagai Personalia Farm. Ada banyak cerita disini, yups, sangat berkesan karena saya anggap merupakan pekerjaan formal saya yg pertama setelah lulus menjadi seorang Sarjana Hukum! Stop.. Stop.. pekerjaan formal?? Berarti pernah kerja informal?? Yes.. betul sekali, bisa dikatakan demikian.
Baiklah, terpaksa aku membentang ingatan lebih jauuuuh, sekira tahun 1997, tahun kelulusanku dari SMU Negeri di kota asalku, oiya.. aku jurusan IPA loh (gak nanya!!!) setelah lulus SMU, seperti kebanyakan teman2 sebaya, mencoba mengadu nasib utk bisa masuk ke universitas negeri, saat itu dengan program UMPTN, dengan ego yg masih sangat tinggi pilihan jurusannya adalah Teknik, nak ora teknik, ora! Hahahahaa.. tapi ya memang terbukti dengan bekal jurusan IPA di SMU, dikombinasikan dengan kemampuan otak, serta ditambah dengan saat proses ujian UMPTN, hasilnya adalah.. tidak lolos! Yaa begitulah, tidak lolos S1 masih ada Harapan, daftar D3 politeknik Negeri Semarang ( dulu masih berada dibawah bendera UNDIP ) kebetulan, kakak bekerja di Institusi pendidikan Komputer di kota Semarang, jadi tdk kesulitan utk tempat transit dan stay selama ujian Politeknik di semarang, nebeng dulu lah.. selanjutnya dengan sisa tenaga setelah gagal seleksi UMPTN, mengikuti ujian seleksi D3 Politeknik dan Alhamdulillah, tidak lolos maning! Yaa begitulah, dengan tidak putus asa, masih ada kesempatan th depan, dan dari info yg aku dengar, di Politeknik selain ada program D3, ada juga program D1 dimana lulusan terbaiknya langsung diterima di D3 periode berikutnyaa tanpa tes! Bingo!!!  Ada peluang, akhirnya aku ikut program D1 Teknik Komputer dengan pertimbangan ada kesempatan transfer ke D3 Teknik elektro. Nah.. Disinilah pengalaman kerja pertama dimulai, tahun 1998, partimer operator komputer pengolahan data EBTANAS se Jawa Tengah Tahun ajaran 1997/1998, tdk lama sih, sekitar 1 bulan lebih. Disana tugas saya menginput lembar jawaban ujian siswa SMP & SMU seJawa Tengah menggunakan alat scanner. Partimer ini berlanjut di tahun ajaran berikutnya, yaitu pandataan dan pengolahan data EBTANAS tahun ajaran 1998/1999, dan 1999/2000. Jadi kalau ada diantara para pembaca adalah lulusan SMP / SMU tahun dari jawa tengah LULUSAN TAHUN 1998 - 2000, bisa dipastikan saya adalah salah satu operator pengolahan hasil EBTANAS kalian, dan satu lagi ternyata, lembar jawaban computer tidak se horror yg dulu pernah saya pikirkan, setelah mengalami sendiri prosesnya :D
Tahun 1998, setelah setahun mengikuti program D1 dan harapan bisa transfer ke program D3 teknik Elektro diakhir studi. Harapan tidak diiringi perjuangan yg maksimal, hasilnya pun bisa ditebak.. Tidak lolos bursa transfer.. Hahahahahaaaa.. (msh bisa tertawa juga..) Tapi perjuangan blm berakhir, masih ada kesempatan tes seleksi ke D3, dan waktu itu saya putuskan tdk akan ikut seleksi S1 UMPTN lagi, dan hanya ikut seleksi lokal D3 Politeknik UNDIP, supaya lebih fokus dan bisa kuliah sesuai dengan semangat saya yang masih membara.. TEKNIK !!! Setelah gagal di seleksi UMPTN pertama tahun 1997, gagal di seleksi D3 UNDIP 1997 dan gagal dibursa transfer D3 Politeknik UNDIP 1998, akhirnya seleksi D3 Politeknik yg kedua kali nya saya ikuti, tahun 1998, menghasilkan.. kegagalan lagi.. Yaaa.. 2 tahun gagal masuk universitas negeri jurusan teknik seperti yg diidam-idamkan. Berbekal ijazah D1, coba mencari peluang kerja dan memang sulit karena nanggung juga D1, beberapa kali interview dan tidak pernah lolos karena spesifikasi yg tidak sesuai, yang dicari lulusan SMU/K, D3 atau sarjana S1. Partimer EBTANAS msh dilakukan, tp waktunya yg temporary dan bukan pekerjaan tetap membuat tidak menentu.  Akhirnya dengan banyak pertimbangan dan dukungan orang tua, diputuskan harus upgrade ke jenjang yg lebih tinggi.
Selanjutnya, saya diterima UMPTN di kesempatan terakhir, yaitu th 1999, setelah berfikir lebih realistis dan mengaca pada kemampuan, walaupun tidak mustahil utk masuk Tehnik, tp apa salahnya mempertimbangkan utk masuk jurusan lain. Waktu itu pendaftaran menggunakan formulir IPC, pilihan pertama dan kedua tetap kekeuh jurusan Teknik, sementara pilihan ke3 mengharuskan dari jurusan IPS karena pilihan satu duanya sudah jurusan IPA. Dan mungkin sudah hidayah dari ALLoh SWT, pilihan ketiga jatuh ke Jurusan Hukum, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Nah untuk Ujian UMPTN yg terakhir ini saya sedikit mengambil strategi, setetes ilmu D1 Teknik Komputer, ditambah belajar dari pengalaman partimer pengolahan data EBTANAS selama 3 periode, saya mengenal istilah sorting data, merangkai data dalam urutan tertentu. Ini menurut pemikiran saya, misal kapasitas suatu jurusan adalah 100 orang, tentunya yg diterima disana adalah 100 peserta ujian UMPTN dengan nilai tertinggi, nah apabila data peserta sudah di sorting dan ternyata ada 200 orang peserta teratas dengan nilai yang sama, maka siapa yg beruntung berada di 100 urutan pertama?? Tentunya di butuhkan variable lain sebagai dasar sorting data tersebut, disamping variable nilai yg jadi dasar utama. Pemikiran sederhana saya adalah wilayah, apalagi dalam UMPTN (saat itu) dikenal pembagian wilayah rayon A, B & C (kalau tidak salah mengingat), akhirnya saya menarik hipotesa sendiri, kesempatan saya akan semakin besar apabila saya mendaftar dan ujian di pusat dari pada ujian di daerah, ini akan membuat sorting data saya diatas. Kalau saya ada di antara 200 orang teratas dengan nilai yang sama, kemungkinan saya ada di urutan 100 teratas semakin besar apabila mengikuti ujian dipusat. Saya pun memilih mengikuti proses UMPTN th 1999 di Kota Semarang, tidak dikota Purwokerto seperti UMPTN th 1997 dengan pertimbangan tersebut, dan terlepas benar atau tidak pemikiran sederhana saya tadi, akhirnya saya diterima di Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Mungkin kalau waktu itu saya mengikuti proses UMPTN lebih ke pusat lagi,  ke Jakarta, bakalan lolos pilihan 1 atau 2 jurusan teknik yaaa.. Hahahahahahaaaaa.. Wallohualam.
Oke cukup! Kembali ke pekerjaan formal yang pertama, sebagai Personalia Farm di daerah Indramayu. Proses seleksi nya cukup berkesan buat saya, waktu itu, dengan diwisudanya seorang sarjana berarti bertambah pula seorang pengangguran. Sebagai seorang sarjana dan pengangguran baru, saya harus bisa bersaing dan melihat setiap peluang yang ada, terutama peluang kerja. Hari itu, seperti biasa, masih beredar di sekitar kampus, selain menyelesaikan berbagai macam administrasi juga melihat2 siapa tahu ada informasi lowongan kerja, dimana lagi selain papan pengumuman kampus. Perlahan saya mendekat ke papan pengumuman kampus. Nah ini.. dibutuhkan personalia.. bla.. bla.. bla.. tanpa syarat IPK ! Saya harus melamar! Segera kupacu vespaku (vespa punya bapak: red) ke rental komputer disekitaran kampus. Saat itu komputer masih merupakan barang mewah dan jarang dimiliki oleh mahasiswa kelas festival seperti saya, Rental komputer saat itu sangat menjamur, dan memang membantu sekali untuk kegiatan kampus, mengerjakan tugas, makalah atau membuat lamaran kerja seperti saya waktu itu J.  Ketik-ketik sebentar membuat lamaran, daftar riwayat hidup, dan salah satu kalimat penutup yang saya ingat waktu itu, walau mungkin redaksinya tidak sama persis adalah “.. saya memang belum berpengalaman kerja, tapi saya akan berusaha melakukan yang terbaik untuk kemajuan perusahaan.. “. Selesai kemudian membayar ke penjaga rental, kemudian sambil memberikan kembalian, dia bertanya;
“ bikin lamaran mas??”,
saya jawab, ” iya mas, doain biar keterima ya mas..”,
kemudian dijawab” amin mas, mudah2an keterima..”,
Berkas lengkap, kemudian dititipkan ke Biro Kemahasiswaan Fakultas, dan.. sudah.. hidup berjalan normal seperti biasa, masih bolak balik kampus, masih vespaan, dan tak berapa lama, ada panggilan interview. Saya tidak ingat persis berapa kali sesi interview ini, yang saya ingat adalah satu pertanyaan kurang lebih adalah, “apabila terjadi suatu masalah dengan lingkungan sekitar yang mengancam keselamatan, apa yang akan anda lakukan??”
Saya jawab, “ saya tidak akan tinggal diam pak, tapi akan saya tinggal lari, menyelamatkan diri ke aparat yang berwenang”
Serius.. kata2 itu nyelonong begitu saja, dan waktu itu penginterview hanya tersenyum sambil mengangguk-anggukan kepala.

Tidak lama saya dinyatakan diterima, mulai bekerja 1 Agustus 2007, dan penempatan kerja akan diinformasikan pada hari pertama tersebut. Yang saya ingat waktu itu ada 2 orang adik kelas juga yang lolos diterima. Saya yakin doa mas-mas penjaga rental komputer turut berperan dalam pekerjaan pertama saya, atau mungkin jawaban spontan tinggal diam & tinggal lari ikut berperan juga? entah lah.. saya tak pernah berkesempatan menanyakan hal tsb kepada boss saya, yang menginterview saya waktu itu.